Pernah ga sih menerima informasi yang begitu banyak sehingga bingung untuk memilah mana yang layak untuk dibaca dan mana yang bisa langsung dihapus untuk diteruskan? Saking banyaknya informasi membuat kita juga semakin sulit memahami, informasi mana yang benar adanya. Apalagi saat ini, sangat gencar-gencar penggunaan media sosial. Efeknya, arus informasi begitu kencang dan pastinya bakal banyak banget informasi.
Bukan hanya media sosial, aplikasi seperti WhatsApp pun juga menyumbangkan informasi yang intens dari satu orang ke orang yang lain. Dari satu grup WA ke grup yang lain atau sebaliknya. Jika kita tidak tahu benar akan informasi yang tersebar, bisa jadi kita akan memberikan andil penyebaran informasi tersebut. Syukur-syukur jika informasi tersebut benar adanya, tetapi bagaimana jika informasi yang beredar adalah informasi hoaks? Di sini lah pentingnya memahami, bagaimana seharusnya, kita bisa menjadi smart netizen.

Berbicara tentang smart netizen dalam dunia digital informasi, artinya kita bakal bisa melakukan filterisasi terhadap informasi yang sampai pada kita. Ada banyak cara sih yang bisa dilakukan. Tetapi sebelum membahas, bagaimana terkait proses cek fakta ada baiknya kita memahami terlebih dahulu berbagai jenis konten informasi yang berpeluang menjadi berita hoaks diantaranya:
1. Konten Parodi/Satire; konten ini biasanya memiliki karakter lucu-lucuan atau parodi yang bertujuan untuk mengkritik. Tetapi banyak yang menyalah-artikan parodi tersebut, sehingga konteks aslinya jadi hilang arti.
2. Konten menyesatkan (misleading); konten seperti ini dibuat memang sengaja untuk menyesatkan demi membingkai sebuah isu atau menyerang individu tertentu. Karena berfungsi untuk menyesatkan, maka beritanya dipelintir jauh dari kenyataan.
3. Konten ASPAL; ciri khas dari konten ini seolah-olah sumbernya terlihat asli tetapi pada kenyataan ternyata palsu.
4. Konten pabrikasi; konten yang berisikan konteks yang sudah diolah berbeda dari aslinya sehingga menyebarkan informasi baru yang menyesatkan dan berbeda dengan aslinya.
5. Konten Gak Nyambung: konten seperti ini sering sekali dijumpai, dimana judul berita, foto dan caption tidak nyambung dengan isi beritanya.
6. Konten salah: konteksnya salah berbeda dengan gambar atau video yang sebenarnya sehingga orang yang menerima memamahmi bahwa konten ini benar, padahal konteks aslinya dihilangkan.
7. Konten manipulatif: konteks aslinya dihilangkan kemudian disebar oleh pihak tertentu.Efeknya, orang menerima informasi diluar dari konteks sebenarnya.
![]() |
Sumber: Materi Workshop TempoxISB |
Saking banyaknya konten hoaks yang beredar ini, ternyata dibutuhkan keahlian khusus agar bisa membedakan konten hoaks dan tidak. Ketika kita menerima salah satu dari 7 tipe konten di atas maka tidak ada salahnya, kita melakukan cek fakta atas informasi yang beredar. Ada beberapa Langkah yang perlu diperhatikan terlebih dahulu.
1. Filterisasi konten.
Gencarnya konten yang diterima membuat device yang kita miliki setiap saat menerima berbagai informasi. Jika tidak dilakukan filterisasi dari internal diri, maka konten yang berpeluang hoaks akan perlahan tersebar. Entah sadar atau tidak.
Pentingnya filterisasi konten berdasarkan pemahaman yang dimiliki agar secara cepat dan sederhana, kita bisa memilah konten mana yang memang hoaks dan harus berhenti di kita. Sedangkan konten yang benar, bisa diteruskan ke pihak lain.
2. Lakukan verifikasi atau cek fakta konten.
Setelah proses filterisasi konten, maka tahapan berikutnya adalah proses verifikasi sekaligus cek fakta konten. Proses verifikasi ini secara umum bisa dilakukan untuk tiga item yaitu konteks, foto dan video.
Masing-masing item ini memiliki proses verifikasi berbeda untuk dilakukan cek fakta. Tetapi secara umum cara kerjanya hampir sama yaitu:
a) Pahami dengan baik konteks yang dimaksud. Bisa jadi informasi yang ada, adalah klue untuk melakukan pengecekan fakta.
b) Gunakan beberapa tools tambahan untuk melakukan verifikasi.
c) Temukan sumber pertama atau sumber yang paling lama sebagai acuan.
Nah, ketika hal ini dilakukan maka secara bertahap kita mampu melakukan cek fakta sendiri.
Proses cek fakta tulisan.
Suatu tulisan, jika ingin dilakukan pengecekan fakta, maka Langkah pertama adalah memahami beberapa kata kunci yang digunakan. Dari kata kunci tersebut, barulah kemudian kita melakukan cek fakta di mesin pencarian google dengan menambahkan kata in site:media terpercaya.
Contohnya. Jika ingin melakukan cek fakta suatu berita dengan kata kunci berita hoaks pandemi dan memilih media Tempo sebagai media terpercaya, maka cukup menulis kalimat berikut di halaman pencarian:
“Berita hoaks pandemi in site:tempo.co”
Setelah itu bakal ada muncul berbagai informasi tentang fakta sebenarnya. Jadi, kita bisa benar-benar membedakan antara berita hoaks yang beredar dengan fakta.
Proses cek fakta foto.
Verifikasi suatu foto dikarenakan dari karakter foto itu sendiri yang mudah untuk disunting dan dihilangkan keterangannya. Karater ini lah yang membuat perlunya untuk mengetahui sumber foto asli beserta keterangan lengkapnya.
Khusus untuk cek fakta materi bergambar, ada beberapa tools yang bisa membantu seperti TinEye yang dilengkapi dengan fitur Reverse Image Search. Nah foto yang ingin diketahui faktanya tinggal dimasukkan pada fitur ini dan setelah hasilnya keluar tinggal dilakukan filter pencarian dan memilih hasil yang paling tua. Artinya, foto ini diunggah pertama kali oleh situs paling tua tersebut.
Setelah hal tersebut dilakukan tinggal melihat keterangan asli dari foto yang diunggah untuk mengetahui kebenaran dari informasi dan foto yang beredar.
Proses cek fakta video.
Untuk proses cek fakta video sebenarnya tidak berbeda jauh dibandingkan dengan cek fakta foto. Aplikasi yang bisa membantu adalah InVid. Keunggulan dari InVid ini adalah mampu melakukan fragmentasi video dan reverse image secara bersamaan.
![]() |
Keunggulan InVid |
Ketika menggunakan InVid ini maka proses pencarian sumber video akan berjalan secara serentak ke semua media yang ada dan menghasilkan berbagai video yang identik kemudian dilihat kembali untuk mengetahui, kebenaran dari video tersebut.
Gimana, mudah bukan untuk melakukan pengecekan fakta terhadap berbagai berita hoaks yang mungkin ada disekitar kita. Jadilah smart netizen dan stop berita hoaks di tangan kita.